Manusia merupakan makhluk dinamis yang terus mengalami perubahan dan perkembangan pada setiap zaman. Zaman disini berarti pergantian waktu, artinya manusia tidak memerlukan jangka waktu yang panjang untuk mereka melakukan perubahan, tetapi setiap haripun manusia selalu berkembang dan berubah karena dipengaruhi oleh faktor psikis maupun sosialnya. Hal ini melatarbelakangi urgensi manusia dalam hal belajar. Makna belajar sangatlah luas, tidak terbatas pada jenjang sekolah formal. Melainkan belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah dan Zain, 2010). Sejatinya proses belajar manusia telah dilakukan sejak lahir sampai akhir hayatnya. Namun dalam perkembangannya, pendekatan yang dilakukan oleh pendidik dalam proses belajar manusia terbagi menjadi 2 karena faktor kebutuhan dan sasarannya. Pendekatan yang dimaksud adalah pedagogi (proses pembelajaran ilmu dan seni pada anak-anak) dan andragogi (proses pembelajaran pada orang dewasa).
Pada tulisan ini, penulis memfokuskan untuk mengupas teori andragogi yang diharapkan dapat memberikan dampak dan solusi terbaik bagi kelangsungan hidup manusia. Sebelumnya, istilah andragogi pertama dikenalkan oleh Alexander Kapp pada tahun 1833. Andragogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “andra” berarti dewasa dan “agogos” berarti memimpin atau membimbing, sehingga andragogi dapat diartikan sebagai ilmu atau pendekatan tentang cara membimbing orang dewasa dalam proses belajar (adult learning). Definisi dewasa dalam hal ini merujuk pada beberapa aspek. Menurut Elias dan Sharan B. Merriam (1990), aspek-aspek tersebut meliputi: age, psychological maturity, and social roles. Dewasa menurut usia, sebagai contoh bisa dilihat dari penerapan hukum di Indonesia yang membebankan hukuman bagi pelanggar yang berusia 17 tahun keatas. Karena pada usia tersebut, manusia telah diasumsikan dapat membedakan hal baik dan buruk sehingga telah sanggup memikul tanggungjawab apa yang telah mereka lakukan. Dewasa secara fisik dan psikologis juga ditandai dengan adanya hasrat memilih pasangan hidup, berumah tangga dan melakukan reproduksi. Kemudian aspek terakhir dan menjadi pelengkap adalah aspek sosial. Dimana seseorang dapat dikatakan dewasa apabila mampu menggunakan fungsi manusia sebagai makhluk sosial dengan baik. Yakni mampu menekan ego diri sendiri dan berkehidupan bersosial dengan rasa tanggung jawab.
Sebagai sasaran pembelajaran, orang dewasa telah memiliki konsep diri, pengalaman hidup serta orientasi belajar untuk kedepannya. Sehingga pendekatan andragogi ini sangat berbeda jauh dengan pendekatan pedagogi. Dimana dalam pedagogi, pendidik lebih bersifat menggurui dan membimbing peserta didik. Karena memang sasaran pembelajarannya belum memiliki banyak bekal sehingga pendidik harus menuntunnya. Sedangkan pendekatan mbelajaran pada orang dewasa (andragogi), fungsi pendidik hanya sebagai fasilitator dan pendamping, bukan menggurui. Sebagai contoh adalah sistem belajar pada perguruan tinggi, dimana dapat dilihat dosen sebagai pendidik hanya memberikan pengantar pada perkuliahan. Selanjutnya mahasiswa akan melakukan pencarian bahan materi secara mandiri dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Tentunya dosen tetap melakukan pendampingan dan memberikan evaluasi terhadap mahasiswa.
Andragogi tidak hanya dilaksanakan dalam proses pendidikan formal, melainkan juga dalam pendidikan nonformal. Selaras dengan orientasi andragogi yang fokus pembelajarannya diarahkan untuk keberlangsungan kehidupan lebih baik, maka peserta didik diberikan keterampilan dan kemampuan untuk mengatasi masalah, menciptakan solusi dan inovasi dalam hidup dimasyarakat. Contoh nyata adalah angka pengangguran di Indonesia per Februari 2020 mencapai 6,88 juta orang, naik 60 ribu orang dari periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 6,82 juta orang dan diantaranya tidak sedikit yang memiliki latar belakang lulusan perguruan tinggi. Ini menunjukkan banyak diantara mereka yang tidak siap menerima tanggung jawab dari hasil belajarnya dalam cangkupan yang lebih luas yakni kehidupan bermasyarakat. Sehingga kesulitan dalam mengatasi masalah, menciptakan solusi dan inovasi untuk dirinya sendiri. Padahal orang yang telah dewasa seharusnya telah memiliki konsep diri, bekal kehidupan dan berbagai pengalaman sehingga mampu memikul tanggung jawab kehidupan dan engarahkan kemana tujuan hidupnya berdasarkan penjajakan kehidupan yang telah mereka lalui.
Pendekatan andragogi yang merupakan keberlanjutan dari pendekatan pendagogi menjadi penting mengingat kita hidup dalam zaman yang sangat maju. Sebagai makhluk hidup yang dinamis, haruslah manusia untuk terus meningkatkan kualitas diri dan melakukan perubahanperubahan yang lebih baik. Karena banyak orang dewasa dalam berandragogi tidak begitu saja mereka gagal, akan tetapi hanya saja mereka kurang fokus dalam memerhatikan potensi dan kemampuan diri, mengambil pembelajaran dari pengalaman-pengalaman yang telah dilalui serta kurangnya tanggung jawab pada diri sendiri dan masyarakat luas.
Komentar
Posting Komentar