"BSA Mengajar Goes To Banten"
Pastinya program tahunan lebih seru dan berkesan dari acara-acara kami sebelumnya. Dan program ini kami namai ‘BSA Mengajar Goes To Banten’ dilaksanakan pada tanggal 7-8 April 2017. Meskipun dalam acara ini kami tidak bisa fullteam, tapi acara tetap dilaksanakan karena Kak Zul sangat antusias dalam mengurusi acara ini. Akupun menjadi excited karena ini pertama kali menjadi perjalanan terjauhku selama di ciputat waktu itu wkwk. Kalau tidak salah, persiapan kami untuk acara ini tidak terlalu lama dan ribet karena mungkin kami telah terbiasa menghadapi acara seperti sebelum-sebelumnya. Tibalah hari H yang dinantikan, siang menjelang sore kami berkumpul di kosan temanku. Setelah dirasa lengkap, kemudian kami memesan g*rab car untuk mengantar kami ke stasiun Pondok Ranji. Ohiya, acara kali ini bertempat di Ds. Sindangwangi Kec. Muncang Kab. Lebak Banten. Oleh karena itu kami naik KRL arah Rangkasbitung dan berhenti di stasiun Rangkasbitung. Perjalanan kali ini aku merasa sangat jauh dan lama sekali. Mulanya dari stasiun Pondok Ranji kami berdiri dan berdesakan karena kereta yang ramai sampai mendekati statiun Rangkasbitung kami mendapat tempat duduk karena orang-orang telah turun ditujuan masing-masing. Anyway, stasiun Rangkasbitung ini merupakan stasiun paling ujung dan memakan waktu sekitar 1.5 jam perjalanan yang ditempuh dari stasiun Pondok Ranji. Sekitar jam 5 sore kami sampai di stasiun tujuan, akan tetapi ternyata masih ada perjalanan yang lebih panjang yang akan kami tempuh untuk tiba di lokasi. Perjalanan dilanjutkan dengan mengendarai kendaraan semacam angkot tetapi bentuknya lebih panjang sedikit dari angkot, ini merupakan kendaraan satu-satunya yang mengangkut penumpang ke arah Kec. Muncang. Untuk menghemat waktu, kami segera bergegas naik. Uniknya lagi bagian atas kendaraan ini dapat diduduki, teman-teman cowok dengan girangnya langsung naik ketas mobil.
Hari semakin gelap dan kami semakin lelah karena panjangnya perjalanan ini. Sepanjang perjalanan, hanya terlihat pepohonan yang tersorot lampu mobil di kanan kiri kami. Benar saja, semakin mendekat ke lokasi, jalanan semakin menanjak dan terjal. Aku tidak tahu jelas bagaimana keadaan kanan kiri jalan, hanya sependek perkiraanku mungkin perbukitan yang dipenuhi hutan atau perkebunan, entahlah. Lamunanku tiba-tiba buyar ketika mobil berhenti mendadak. Ternyata jalan yang kami lewati baru saja terkena hujan sehingga berlumpur dan sulit dilewati kendaraan. Yaps, jalan utama masih ala kadarnya belum beraspal. Pada saat mobil berhenti untuk yang pertama, syukur mobil masih bisa berjalan kembali dengan bantuan dorongan dari tim cowok. Tetapi mobil kembali berhenti, dan segala upaya dorongan tidak membuahkan hasil meski kami semua sudah turun dari mobil. Pemandangan sekitar yang pertama kali kami lihat setelah turun dari mobil hanyalah pepohonan dan suasana yang gelap dan sunyi. Kami benar-benar seperti terjebak di tengah hutan tanpa ada lampu, tak ada orang selain kami dan apalagi sinyal handphone. Setelah usaha keras tim cowok untuk mendorong mobil yang tetap saja tidak berhasil. Juga musyawarah singkat dengan sopir, kami memutuskan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Benar saja, sisa perjalanan yang kami lewati adalah jalanan becek dan berlumpur. Sepertinya hujan baru saja turun lebat, batinku. Dengan bantuan senter handphone, langkah demi langkah tetap kami ayuhkan untuk cepat sampai di lokasi. Sampai kami mulai memasuki perkampungan dan akhirnya bertemu dengan cahaya lampu. Singkat cerita kami sampai di rumah yang akan kami jadikan basecamp selama acara disana. Sampai di rumah, kami berberes dan tim cewek menyiapkan makan malam waktu itu meski hanya dengan mie goreng hehe. Sambil makan malam kami rapat singkat untuk acara besok pagi. Dan akhirnya perjalanan panjang hari itu kami tutup dengan tidur yang nyenyak.
Pagi harinya kami bersiap-siap untuk acara, ohiya acara dilaksanakan di SD Sindangwangi 2, tidak jauh dari rumah. Setelah semua dirasa siap, kami berangkat bersama-sama menuju SD. Pagi itu suasana sedikit mendung dan gerimis sehingga kami sangat berhati-hati ketika berjalan dijalanan yang sedikit menanjak. Sesampai di SD, aku tertegun melihat kondisi bangunan sekolahnya. Sangat jauh ketika dibandingkan dengan sekolah-sekolah di kampung halaman saya apalagi dengan sekolah-sekolah di Jakarta. Kami segera melangkah ke gedung sekolah lebih dekat lagi. Dan mengintip anak-anak yang sedang berada didalam kelas dari kejauhan. Sebelum memulai acara di kelas, kami terlebih dahulu berkunjung ke kantor SD dan berbincang-bindang dengan salah satu ibu guru. Beliau menyambut kami dengan hangat dan perasaan bahagia, sehingga energi itu menular kepada kami untuk lebih semangat dan sudah tidak sabar lagi bertemu dengan anak-anak di kelas.
Waktu yang kami tunggu-tunggu. Setelah berunding
untuk membagi menjadi beberapa kelompok, kami segera masuk ke kelas-kelas.
Energi kami semakin bertambah lagi dengan meledaknya semangat anak-anak ketika
pertama kali menyambut kami. Mengawali games edukatif, kami bersama-sama
beryel-yel ria. Kemudian kami memberikan pembelajaran untuk mengasah
keterampilan, dengan membuat topi dari koran yang kemudian kami kenakan
bersama. Banyak games edukatif yang kami lakukan bersama-sama. Selain indoor,
tim cowok juga ada yang sedang bersepak bola dengan anak-anak cowok di halaman
sekolah. Permainan menjadi seru karena kondisi halaman sekolah yang becek
sehingga mereka sekalian berbecek-becek ria dengan lumpur hehe.
Hari terasa cepat, waktu semakin siang, yang berarti waktunya anak-anak harus pulang dari sekolah. Meskipun aku yakin, seperti kami anak-anakpun juga masih ingin bermain bersama. “Setiap pertemuan pasti ada perpisahan”, pertemuan hari itu ditutup dengan pembagian snack sebagai reward anak-anak dan sesi yang wajib, yaitu berfoto-foto ria.
Dengan berat hati kami kembali ke rumah. Sampai rumahpun kami tidak mempunyai waktu yang banyak karena pada hari itu juga kami harus pulang. Ternyata mobil yang akan mengantarkan kami ke stasiun masih belum bisa menjemput sampai depan rumah. Sehingga kami kembali harus berjalan ke titik yang dapat dijangkau mobil. Setelah berpamitan dengan pemilik rumah, kami berjalan seperti waktu berangkat. Bedanya langkah kami kali ini ditemani dengan pemandangan indah yang tidak bisa kami lihat waktu berangkat karena terhalang oleh gelap malam. Benar saja dugaanku waktu itu, lintasan yang kami lewati adalah perbukitan. Sisi kanan dan kirinya terkadang perkebunan, ladang, maupun hanya pepohonan rimbun. Sampailah kita di tempat pemberhentian mobil ketika berangkat malam itu. Semua dari kami tertegun dan terkejut beberapa saat. Karena melihat kondisi jalan yang sangat parah, dipenuhi lumpur dan becek. Pantas saja mobil tidak bisa jalan malam itu, batinku. Setelah melewati perjalanan langkah kaki yang naik turun, kadang lari kadang juga berhati-hati karena takut terpeleset akibat becek, akhirnya kami sampai di tempat mobil jemputan menunggu. Setelah masuk dan mengambil posisi duduk di dalam mobil, sebagian dari kami langsung terlelap karena lelah.
Mobilpun kembali sampai di stasiun Rangkasbitung. Kejadian yang tidak kami duga terjadi, ternyata kami sedikit terlambat untuk memburu jadwal kereta pada jam tersebut. Akhirnya kami terlantar di stasiun untuk menunggu jadwal kereta selanjutnya. Singkat cerita, kami sampai di stasiun Pondok Ranji sekitar ba’da isya. Dan melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing.
Usailah perjalanan panjang nan menantang kali ini, BSA Mengajar Goes To Banten. Banyak pelajaran dan pengalaman yang membuat mata ini semakin melek. Tidak usah jauh-jauh ke luar pulau Jawa untuk mencari daerah terpelosok dan tertinggal. Daerah tetangga Ibu Kota Negarapun banyak yang dapat dikatakan masih jauh dari kata layak untuk ukuran kehidupan di zaman globalisasi kini. Salah satunya di Desa Sindangwangi Kec. Muncang ini; jalanan menuju desa belum beraspal, beberapa rumah belum mempunyai listrik, terkadang musim hujan menyebabkan air berwarna coklat yang tentunya tidak bagus untuk kesehatan kulit maupun untuk dikonsumsi, dalam hal pendidikan masih kurangnya mendapat perhatian dari pemerintah terbukti gedung sekolah yang banyak mengalami kerusakan, kurangnya tenaga pengajar dan kepedulian orangtua terhadap belajar anak, serta masih banyak lainnya. Bukan hanya menjadi PR bagi pemerintah, kita semua harusnya juga bisa merasakan dan peduli akan masalah ini. Terutama bagi mahasiswa yang sering dijuluki sebagai Agent Of Change. Bahkan kegiatan sosial kemasyarakatan seperti ini akan sangat berguna juga untuk pribadi mahasiswa. Karena sebagai wadah implementasi ilmu yang telah mereka dapatkan selama bertahun-tahun dari bangku sekolah. Dan juga sebagai latihan sebelum mereka benar-benar terjun ke dunia masyarakat yang lebih luas lagi.
Aku teringat akan kalimat ini, “Menjadi orang baik itu mudah, cukup dengan kamu diam maka akan tampak kebaikan pada dirimu. Akan tetapi menjadi orang bermanfaat itu sulit, butuh perjuangan dan pengorbanan untuk dirimu bisa meraihnya”.
Aku ingin terus menjadi orang bermanfaat! Bismillah.
Ohiya masih ada satu lagi acara yang merupakan bagian dari program tahunan kami. See you next story!
Komentar
Posting Komentar